Cerita kali ini sebenarnya bagian
dari tugas mata kuliah Psikologi Umum. Topik kali ini adalah “Sensasi dan
Persepsi”. Saya tidak terlalu gemar bercerita atau menulis cerita kalau dalam
Bahasa Indonesia. Begitu menulis cerita dalam Bahasa Inggris, dulu pernah
disuruh menulis sebanyak 350 kata, malah kebablasan sampai 1000 kata (Waduuhhh ???....).
Tapi secara khusus kali ini, saya berusaha menulis dengan Bahasa Indonesia.
Saya mau cerita tentang
pengalaman pertama saya ber-cosplay.
Tunggu, apa itu cosplay ? Cosplay adalah kependekan dari Costume Play, di mana kita memakai kostum, aksesoris, dan dandanan seperti tokoh-tokoh yang ada di film dan komik cerita fiksi. Biasanya beberapa penggemar berat film dan komik tersebut pernah melakukan cosplay, misalnya seseorang suka Naruto kemudian ber-cosplay menjadi Naruto. Orang yang melakukan cosplay disebut sebagai cosplayer. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia. Nah, saya sendiri adalah penggemar salah satu genre film yang terkenal, yaitu tokusatsu. Tokusatsu adalah salah satu bentuk hiburan Jepang yang sangat populer, dan memiliki banyak genre, misal Kaiju monster (seperti Godzilla atau Gamera), Kamen Rider (beberapa orang mungkin menyebutnya dengan Ksatria Baja Hitam), Metal Hero (Gaban, Jiban), dan banyak lagi. Beberapa orang berpersepsi bahwa film bengenre tokusatsu ditujukan kepada anak-anak, namun kenyataannya sebagian tokusatsu memiliki jalan cerita yang cukup kompleks yang sulit dipahami anak-anak. Makanya, saya sebenarnya suka Kamen Rider karena tidak cuma senang dengan special effects dan kostumnya saja, tetapi juga ceritanya yang dalam dan sensasional. Mungkin kalau ada kesempatan, saya akan mereview beberapa film tokusatsu.
Tunggu, apa itu cosplay ? Cosplay adalah kependekan dari Costume Play, di mana kita memakai kostum, aksesoris, dan dandanan seperti tokoh-tokoh yang ada di film dan komik cerita fiksi. Biasanya beberapa penggemar berat film dan komik tersebut pernah melakukan cosplay, misalnya seseorang suka Naruto kemudian ber-cosplay menjadi Naruto. Orang yang melakukan cosplay disebut sebagai cosplayer. Penggemar cosplay termasuk cosplayer maupun bukan cosplayer sudah tersebar di seluruh penjuru dunia, yaitu Amerika, RRC, Eropa, Filipina, maupun Indonesia. Nah, saya sendiri adalah penggemar salah satu genre film yang terkenal, yaitu tokusatsu. Tokusatsu adalah salah satu bentuk hiburan Jepang yang sangat populer, dan memiliki banyak genre, misal Kaiju monster (seperti Godzilla atau Gamera), Kamen Rider (beberapa orang mungkin menyebutnya dengan Ksatria Baja Hitam), Metal Hero (Gaban, Jiban), dan banyak lagi. Beberapa orang berpersepsi bahwa film bengenre tokusatsu ditujukan kepada anak-anak, namun kenyataannya sebagian tokusatsu memiliki jalan cerita yang cukup kompleks yang sulit dipahami anak-anak. Makanya, saya sebenarnya suka Kamen Rider karena tidak cuma senang dengan special effects dan kostumnya saja, tetapi juga ceritanya yang dalam dan sensasional. Mungkin kalau ada kesempatan, saya akan mereview beberapa film tokusatsu.
Tanggal 21-23 Maret 2013
kemarin, di Fakultas Ilmu Budaya USU diadakan festival kebudayaan Jepang tahunan
“Bunkasai” . Tanggal 23 Maretnya diadakan kompetisi cosplay dan saya ikut
berpartisipasi untuk pertama kalinya. Ketika itu saya ber-cosplay menjadi Kamen
Rider Black RX/Ksatria Baja Hitam RX yang serialnya merupakan salah satu film
serial Kamen Rider yang melegenda di era tahun 1990-an. Kostumnya bukan hasil
bikinan sendiri, tapi minjam dari temannya guru ilustrasi saya yang hobi banget
bikin kostum tokusatsu. Yah, sudah lama saya memimpikannya. Istilahnya, “A
dream comes true.” Walaupun saya tidak menang kompetisi, tapi saya sudah cukup puas dan bahagia.
Namun memakai kostum seperti itu ternyata tidak
mudah. Proses pemakaiannya saja memakan waktu
(dan tenaga). Belum lagi betapa pengapnya ketika memakai topengnya.
Sensasinya itu, lho. Orang-orang pun bertanya-tanya, “Pake topeng gitu gimana
cara lihatnya ??” Mereka mengira saya melihat dari mata serangga yang merah
itu. Padahal sebenarnya saya melihat dari bagian hitam di bawah matanya.
Alhasil, ruang lingkup penglihatannya kecil sampai sempat nginjak kaki orang.
Tantangan berikutnya adalah siap-siap jadi “Seleb Dadakan” sepanjang
hari. Kenapa ? Tiap kali jalan maupun nangkring, pasti ada saja yang minta
berfoto-foto, bahkan sampai mengantri. Sensasinya ketika itu adalah rasa senang
bukan kepalang karena sudah ber-cosplay menjadi Kamen Rider dan jadi objek foto
(?) walaupun dengan rasa panas, pengap, haus, dengan banjir keringat yang
membuat saya menjadi sauna berjalan. Sampai-sampai teman-teman saya yang
menemani jadi asisten-asisten (?) saya, mulai dari beli minuman dan tisu,
megangin helm dan beberapa aksesoris, sampai rela megang handuk kecil saya yang
basah karena keringat. Persepsi saya ketika memakai kostum tersebut; ternyata menjadi “Suit Actor” tidaklah mudah,
bahkan mereka rela memakai suatu helm yang ruang penglihatannya diperkecil
sampai mendekati NOL untuk mengutamakan detil topeng yang direkam kamera.
Bayangkan saja betapa susahnya mereka melihat sambil berakting aksi bertarung
yang dapat memukau penonton.
Kini saya perkenalkan asisten-asisten saya….*gubrak !!!......
No comments:
Post a Comment